Minggu, 10 Februari 2008

LIMA UJIAN KEIMANAN

Saudaraku kamu Muslimin!
Setiap hari kita sering mendengar orang mengatakan “SAYA TELAH BERIMAN”, dan saya mempunyai keyakinan andapun pernah mengucapkannya. Tetapi persoalannya akan lain bila pernyataan yang diucapkan tidak sesuai dengan ciri orang beriman. Karena iman bukan sekedar kata tetapi dilanjutkan dengan tindakan nyata sesuai dengan ciri orang beriman. Oleh karena itu harus disadari bahwa pernyataan keimanan bukanlah masa sederhana karena ia pasti mendapat ujian. Kali ini “kuliah tujuh menit bagi orang awam” akan membahas “ LIMA UJIAN KEIMANAN” tidak apa kita membahas secara ringkas yang penting “biar sedikit asal faham”
Pada tempatnya kita memulai dengan ucapan “Segala puji bagi Allah yang Maha mengetahui dan Maha Melihat hamba–hambaNya. Maha Suci Allah yang telah menjadikan di langit bintang-bintang, dan menjadikan pula padanya matahari dan bulan yang bersinar. Ya, Allah curahkanlah rahmat kepada nabi pembawa rahmat, hidayah dan nikmat yang melimpah. Lisannya jujur dalam menyampaikan wahyu dengan ungkapan yang paling indah. Telinganya adalah kebaikan yang menerima wahyu, lalu menyusunnya dengan isyarat yang amat lembut dan curahkan juga rahmat kepada keluarga dan sahabatnya serta para pengikutnya.
Berkenaan dengan ujian bagi orang beriman, Allah swt berfirman, “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, (Qs Al Ankabuut : 2-3) Dengan pernyataan ini jelas bagi kita setiap orang yang menyatakan beriman pasti akan diuji. Ujian ini dalam berbagai bentuk, dan Allah Maha bijaksana memberikan ujian selaras dengan tingkat keimanan hambanya. Makin tinggi tinggi tingkat keimanan seseorang maka makin tinggi pula ujian yang akan diberikan Allah. Yang paling berat mendapat ujian dalah para nabi, Dalam sebuah hadits dijelaskan,” Manusia yang paling berat cobaannya ialah para nabi, kemudian orang-orang sholeh kemudian manusia dibawahnya, lalu yang dibawahnya. Seseorang menerima cobaan selaras dengan agamanya. Jika agamanya kuat, maka ditambahkan cobaan untuknya.”
Ujian bagi orang beriman sepanjang masa dan berlaku umum adan 5 hal yang pasti ada disekitar kita bahkan kita sendiri pernah mengalaminya. Rasulullah saw pernah menjelaskan: “Orang beriman berada pada lima hambatan:
1. Orang beriman yang mendengkinya,
2. Orang munafiq yang membencinya,
3. Orang kafir yang memeranginya,
4. Setan yang menyesatkannya, dan
5. Hawa nafsu yang memeranginya.” (HR. Abu Bakar bin La’al dari Anas ra).
Hadits ini menunjukan rintangan yang bakal dihadapi bila kita menyatakan telah beriman. Apabila ia berhasil dalam melewati rintangan-rintangan tersebut selamatlah ia di dunia dan akhirat. Sebaliknya apabila gagal dalam menaklukan ujian tersebut maka suramlah masa depannya baik di dunia apalagi di akhirat.
Mari kita uraikan satu persatu bentuk ujian diatas :
1. Orang beriman tapi pendengki. Rasa dengki merupakan sebuah penyakit yang dapat menjangkiti anak keturunan Adam. Baik ia orang yang beriman, apalagi orang munafiq dan kafir. Orang beriman dapat terserang penyakit dengki terhadap mukmin lainnya, biasanya dipicu oleh masalah duniawai yang sebenarnya sepele. Seperti popularitas, harga diri, kedudukan dan masalah lain yang hanya membuat hati menjadi kotor. Dalam hal ini Nabi saw bersabda: “Dua ekor serigala yang lapar dilepas di kandang kambing tidak berakibat fatal, manakala di bandingkan dengan kerakusan terhadap harta dan dengki dalam diri seorang muslim. Sesungguhnya dengki benar-benar menelan kebaikan sebagaimana api melalap kayu bakar.” (HR. Tirmidzi). Rasa dengki memang dapat muncul dalam diri meskipin dia menyatakan orang beriman. Namun, selama ia bisa mengingat kemudian ia luruskan hati tersebut, maka tidaklah akan menimbulkan mudharat bagi orang lain. Jika ia berlarut-larut memelihara perasaan negatip di dadanya, kemudian timbul rencana yang keji untuk menjatuhkan saudara mukmin yang di benci Kemudian ia membuat gambaran negatif, memfitnah, ghibah, menghalangi geraknya, dan mencaci maki. Semua itu akan berujung pada hilangnya sikap toleransi, gotong royong dan cinta terhadap sesama. Maka Nabi Muhammad saw mewanti-wanti pada umatnya: “Cukuplah kejahatan manakala seorang menghina saudaranya sesama muslim. Setiap muslim terhadap muslim lainnya wajib memelihara darah, kehormatan, dan hartanya.”(Hr Bukhari & Muslim)
2. Orang munafik yang membencinya. Ini merupakan sunnatullah bahwa orang munafik akan senantiasa mengobarkan kebencian kepada orang yang tidak sepaham dengannya, dan mereka yang konsisten dengan ajaran agamanya. Orang yang memiliki sifat seperti ini akan selalu mengadu domba saudara muslim, hanya untuk meninggikan atau mengais keharuman di atas penderitaan orang lain. Kita dapat melihat usaha-usaha orang munafik dalam melakukan makar dan menyebarkan fitnah kepada Aisyah ra, dikalangan kaum muslimin. Semua itu bertujuan untuk menjatuhkan martabat dan merusak nama baik Rasulullah saw. Di akhir peristiwa, Allah sendiri yang menjelaskan kedustaan orang munafiq dan menerangkan bahaya makar yang dibuat oleh orang munafiq. Allah swt berfirman “Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar dikalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka adzab yang pedih di dunia dan akhirat. Dan Allah mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui.” (An-Nuur: 19). Sekarang aksi mereka lebih beragam, dalam rangka memukul mundur orang beriman. Maka Nabi saw sekali-kali tidak pernah memberikan amanah kepada orang munafiq, bila hal itu berhubungan dengan hajat hidup kaum muslimin. Petunjuk diberikan Rasulullah Saw untuk mengidentifikasi apakah seseorang termasuk orang yang munafik atau tidak : “Empat perkara manakala seseorang memilikinya berati munafiq murni. Dan barang siapa yang memiliki salah satunya, berati memiliki ciri-ciri munafiq sampai dia melepaskannya. Empat per-kara itu; (1) apabila berkata dusta, (2) apabila berjanji ingkar, (3) apabila mengadakan perjanjian melanggar dan (4) apabila berbantah melampaui batas.” (HR. Ahmad).
3. Orang kafir yang memerangi. Orang kafir adalah mereka yang di luar Islam, sebagian besar mereka senantiasa membenci dan memerangi orang beriman. Mereka menciptakan kesan yang jelek pada Islam, sebagaiman pemuatan karikatur Nabi Muhammad saw yang berisi penghinaan dan penistaan terhadap Nabi Muhammad saw. Ini adalah sebuah bentuk kesengajaan, untuk memancing kemarahan dan menyakiti hati kaum muslimin. Bagaimana peperangan yang mereka gelar melalui perang budaya dan pemikiran (Ghazul fiker) sampai perang ekonomi dan militer (invasi). Sejarah telah mencatat ba-gaimana bentuk peperangan mereka, mulai dari masa Rasulullah saw, masa perang salib, masa Daulah Usmani (pemerintahan Islam terakhir) di Turki bahkan sampai sekarang. Kasus-kasus penghancuran sebuah pemerintahan Islam terakhir di Turki, penyerobotan tanah air bangsa Palestina, invasi ke Irak, penyerangan ke Afghanistan, Bosnia, Khasmir, Cechnya, kasus Maluku, Poso, semua adalah wujud permusuhan orang kafir terhadap orang muslim.
4. Godaan Syaitan Menyesatkan. Kita ketahui bersama bahwa syaitan adalah musuh utama yang telah menyatakan gencatan senjata pertama kali di syurga. Namun sangat disayangkan banyak dari kaum muslimin malah menjadikan syaithan menjadi patner hidup dengan meminta bantuan lewat jasa dukun, tukang ramal dll. Mereka lupa atau menutup diri dari sebuah firman Allah yang menggambarkan bentuk permusuhan mereka (Iblis): “Iblis menjawab, “Beri tangguh saya sampai waktu dibangkitkan”. Allah berfirman, “Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh”. Iblis menjawab, Karena engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (meng-halang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus.” (Qs. Al-A’raaf: 14-16). Seorang alim berkata: Jalan Syaithan menyelinap kedalam hati manusia melalui sikap marah, keinginan (angan-angan), tergesa-gesa, dengki, bakhil, sombong, dan buruk sangka. Maka hendaknya orang beriman mewaspadainya.
5. Hawa Nafsu yang selalu memerangi. Nafsu adalah sesuatu yang cenderung mengarah kepada keburukan, kecuali nafsu yang telah diberi rahmat oleh Allah. Nafsu dalam diri adalah sesuatu yang lebih sulit untuk dikendalikan, maka sudah menjadi kewajiban kaum muslimin untuk menjaga nafsunya agar selalu berada pada arah yang diridhoi Allah. Nafsu jika tidak terkendali akan merusak iman dan bahkan dapat menghilangkan iman yang telah ada. Rasulullah saw pernah menasehati seorang pemuda untuk mengendalikan nafsunya. Sebuah hadits Abdullah bin Mas'ud r.a: diriwayatkan dari Al-qamah r.a katanya: Aku pernah berjalan-jalan di Mina bersama Abdullah r.a. yang pernah mendengar disabdakan oleh Rasulullah saw kepada kami: Wahai golongan pemuda! Barangsiapa di antara kamu yang telah mempunyai kemampuan yaitu lahir dan batin untuk menikah, maka hendaklah dia menikah. Sesungguhnya pernikahan itu dapat menjaga pandangan mata dan menjaga kehormatan. Maka barangsiapa yang tidak berkemampuan, hendaklah dia berpuasa karena puasa itu dapat mengawal yaitu benteng nafsu.
Demikianlah 5 ujian yang hampir tiap hari menguji kita baik secara lahir dan bathin. Jika anda dapat memahami kemudian dapat melaksanakan dan jangan lupa sampaikan kepada keluarga dan teman dekat. Anda selamat, lingkungan kita selamat dan semuanya kita selamat.
Berbahagialah kita semua. Wallahu ‘alamu बीShowab

Tidak ada komentar: