Rabu, 30 Januari 2008

MENEPATI JANJI

Saudaraku kaum Muslimin!
Jika kita menyampaikan kuliah tujuh menit jangan lupa bersyukur kepada Allah Swt dan memujinya dengan kata yang paling baik dan dirasakan dalam hati yang dalam, ajak pendengar untuk bersungguh supaya hati tidak lalai. “Segala puji bagi Allah sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah sebagai Pemelihara. Dan jangan sekali-kali jangan lupa untuk menyampaikan Semoga
shalawat dan salam kepada nabi Muhammad Saw, juga kepada seluruh keluarga, para sahabatnya dan pengikutnya.
Judul kita pada kali ini adalah “menepati janji” karena setiap hari disadari atau disadari tiap hari kita tidak luput membuat janji baik kepada Allah Swt dan janji kepada manusia. Dan jika ini dibahas tentunya memakan waktu sangat panjang dan jika ditulis maka seakan-akan tidak akan putus-putusnya. Waktu penyampaian kita hanya dalam kuliah tujuh menit inilah pokok bahasan kita.
Sumpah / janji sangat melekat dalam kehidupan manusia baik dalam hubungannya dengan Allah maupun dengan manusia lain Setiap manusia yang telah membuat janji akan akan diminta pertanggung jawaban, baik di dunia maupun diakhirat Allah Swt berfirman, “. . . . . .
. dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya. (Qs Al Israa’ : 34)
Orang yang selalu menepati janji disebut “Al Amin”, berarti orang tersebut mempunyai sifat setia, jujur dan terpercaya. Setia terhadap janji merupakan dasar-dasar terpenting bagi pembentukan pribadi yang islami. Barangsiapa yang teguh dengan janjinya, dengan pernyataan sumpah, atau atas nama Allah, maka ia telah berjanji kepada Allah. Pengkhianatan terhadap janji merupakan pengkhianatan terhadap Tuhan yang telah memberi amanah kepadanya.
Janji ada dua bagian. Yaitu janji terhadap Allah Swt dan janji terhadap manusia. Adapun janji terhadap Allah adalah melaksanakan syari’atnya serta segala janji yang diucapkan seorang Muslim kepada Tuhannya. Adapun janji terhadap manusia adalah segala keharusan yang mesti dipenuhi di antara manusia dalam setiap muamalah. Meskipun janji kepada manusia tetapi mengandung janji kepada Allah
Memegang jabatan adalah memikul beban yang berat untuk memenuhi janji / sumpah yang diucapkan karena beratnya jabatan tersebut Rasulullah saw mengingatkan dalam suatu hadits dari Abdurrahman bin Samurah r.a. dia berkata,
Rasulullah saw bersabda, “ Wahai Abdurrahman bin Samurah ! Janganlah Engkau meminta jabatan (kekuasaan). Karena jika engkau diberi jabatan karena permintaanmu, akan menjadi lebih berat (tanggung jawabmu). Jika engkau diberi jabatan tanpa engkau pinta, engkau akan dibantu (menjadi lebih ringan) tanggung jawabmu. Apabila engkau ingin bersumpah dengan suatu sumpah, lihat dulu kebaikan yang dapat diperoleh, sebaiknyalah jauihlah bersumpah, dan lakukan saja mana-mana engkau lihat lebih baik.
Menepati janji di dalam tatanan kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat merupakan suatu kewajiban dalam rangka pencapaian tujuan yaitu masyarakat yang adil, sejahtera lahir dan bathin. Setiap pejabat negara yang telah mengucapkan sumpah / janji dengan mengatas namakan Allah maka wajib baginya untuk menepati janji yang telah diucapkan. Point demi point sumpah yang diucapkan dengan lantang menirukan pengambil sumpah dengan meletakan Al Qur’an diatas kepala, dan disaksikan para hadirin dan pasti juga disaksikan juga oleh Allah Swt.
Tampaknya upacara pengambilan sumpah begitu sederhana tetapi mempunyai dampak yang luas. Bila para pejabat negara, para pedagang, dan seluruh lapisan masyarakat memegang janji dengan sungguh-sungguh maka sudah pastilah masyarakat akan memperoleh keadilan, kemakmuran, sejahtera lahir dan bathin. Sebaliknya, jika sumpah / janji tidak dilaksanakan maka resikonya sangat besar. Jika ada tindakan, perkataan atau perilaku yang tidak selaras atau bertentangan dengan sumpah itulah yang disebut pengkhinatan. Pengkhinatan terhadap janji akan merugikan orang banyak yang akan berakibat, rakyat yang seharusnya diayomi tetapi kenyataanya didzalimi. Rakyat yang harusnya memperoleh kemakmuran tetapi yang muncul kesengsaraan. Uang negara yang harus dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat tetapi digunakan untuk kepentingan pribadi. Dan berbagai berbentuk pengkhinatan, yang muaranya kehancuran masyarakat bahkan kehancuran negara.
Hal yang tampak aneh di masa kini, pengkhianatan terhadap sumpah tampaknya menjadi biasa dengan berbagai dalih dan disamar dengan berbagai tindakan kesufian. Dzikir bersama, istighosah dilapangan dengan cucuran air mata, dengan istilah keren “tobat nasional”. Tetapi ajaran Islam telah membuat garis tegas bahwa sikap inilah yang disebut munafik. Dalam suatu hadits dari Abdullah bin Umar dan Amr bin Ash ra, bahwa
Rasulullah saw bersabda, “ Ada empat hal, barangsiapa yang mempunyai keempatnya maka ia adalah orang munafik murni dan barangsiapa yang memiliki sebagian darinya maka ia memiliki bagian kemunafikan sebelum ia meninggalkannya, Yaitu (1) apabila ia dipercaya ia berkhianat, (2) jika ia berbicara ia berdusta, (3) jika berjanji ia engkar, dan (4) jika ia bermusuhan ia berbuat curang.
Begitu pentingnya kesetiaan terhadap janji dalam pembentukan masyarakat yang islami, Islam menjelaskan tentang apa yang bakal diterima oleh orang yang tidak setia terhadap janjinya. Orang-orang yang menggadaikan janjinya dengan harga murah serta lebih memilih kehidupan dunia, maka ia merugi sedangkan yang menepati janji akan beruntung baik di dunia maupun di akhirat. Allah Swt berfirman, “
Dan janganlah kamu jadikan sumpah-sumpahmu sebagai alat penipu di antaramu, yang menyebabkan tergelincir kaki (mu) sesudah kokoh tegaknya, dan kamu rasakan kemelaratan (di dunia) karena kamu menghalangi (manusia) dari jalan Allah: dan bagimu azab yang besar. Dan janganlah kamu tukar perjanjianmu dengan Allah dengan harga yang sedikit (murah), sesungguhnya apa yang ada di sisi Allah, itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.(Qs An Nahl 94-96)
Dengan demikian jelas bahwa, pribadi Muslim yang taat itu selalu menepati janji. Jika telah berjanji kepada manusia maka ia memegang teguh dan setia kepada janji itu. Manakala ia melihat kerusakan dan pertentangan, iapun dengan antusias segera memperbaiki serta mendamaikannya. Ia tak akan menarik dari suatu kesepakatan yang pernah disepakati, terlebih jika berkaitan dengan orang banyak.
Akhirnya harus disadari bahwa kita semua baik pembicara maupun pendengar semuanya telah mengikat janji dan itu harus ditunaikan dengan penuh kesadaran dan penuh tanggung jawab Semoga kita selalu mendapat tuntunan dari Allah, termasuk golongan yang menepati janji
Wallahu ‘alam bi shawwab.

Rabu, 23 Januari 2008

MENYAMBUT TAHUN BARU

Teman ! Hari ini masih bulan Januari 2008, artinya kita masih dalam suasana tahun baru 2008. Maka sepantasnya kita selalu bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa sekaligus memujiNya dengan kalimat-kalimat yang indah. ”Segala puji bagi hanya bagi Allah, Tuhan semesta alam hanya kepadaMU kami memanjatkan puji. KepadaMu kami berlindung dari segala kejahatan makhluk ciptaanMU, kejahatan dir sendiri, dan dari segala keburukan amal. Dan tentunya tidak lengkap bila tidak menyampaikan shalawat dan salam semoga senatiasa tercurah kepada beliau nabi Muhammad Saw, keluarga, para sahabatnya dan termasuk para pengikutnya.
Menghadapi tahun baru 2008 baiknya kita ikut serta menasehati saudara-saudara kita, tetangga atau teman dekat dan yang lebih penting lagi diri kita sendiri. Ada baiknya anda terus membaca tulisan singkat ini kemudian tularkan kepada teman tidak apa sedikit tetapi asal faham apalagi dapat diamalkan.
Jika kita perhatikan banyak cara orang menyongsong Tahun Baru 2008 ada yang melakukan pesta yang gemerlap dihotel yang serba wah, tempat pesta yang indah, makanan yang sedap diiringi dengan musik yang mengusik moral dengan dentaman kaki yang aduhai. Tetapi ada lagi sebagian berkumpul dilapangan luas dengan musik, kembang api, terompet, dan diiringi dengan sorak sorai yang membahana. Tetapi acara-acara seperti ini tidak diikuti oleh seluruh masyarakat sebab sebagian besar masyarakat terus terpuruk dalam harkat kemanusiaan akibat berbagai macam permasalahan kehidupan yang menerpa silih berganti.
Bagaimana dengan anda dalam menyambut tahub baru 2008? Bagi anda yang menyatakan muslim dan menampakan ketaatan anda tiap hari, atau anda yang muslim tetapi biasa-biasa saja meskipun tidak menampakan ketaatan tetapi hatinya bukan main taatnya. Siapapun anda saya perlu mengingatkan meskipun tampaknya anda suci bahwa tahun baru adalah bagian dari mata rantai kehidupan yang dijalani sesuai dengan tuntunan tidak ada sesuatu yang istimewa. Perjalanan waktu adalah sunatullah, ketentuan Allah yang pasti terjadi Bagi seorang muslim bukan perayaannya yang penting tetapi adalah momentum perubahan waktu diikuti dengan peningkatan takwa itulah yang lebih penting. Pada tempatnyalah momentum ini dipergunakan untuk memeriksa diri sendiri, terutama yang berkaitan dengan pengabdian kepada Allah. Hal ini telah diingatkan Allah :“Hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya.” (Qs Al Hasyr : 18)
Maka momen tahun baru, memeriksa diri sendiri (bahasa kerennya instropeksi) merupakan bagian penting dalam upaya meningkatkan ketakwaan. Jika seorang muslim merasa dirinya telah beriman dan kemudian merasa dirinya lebih taqwa dari muslim lainnya. Atau barangkali merasa ketakwaannya sudah memberi cukup bekal untuk menghadap Allah di hari akhirat. Jika hal ini telah terbersit didalam hati maka hal ini menujukan terjadinya suatu tingkat degradasi ketaqwaan. Allah Swt berfirman dalam Al Qur’an ,” maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa. (Qs An Najm : 3)
Telah menjadi suatu sifat bagi manusia bahwa, manusia itu lemah dan selalu berbuat kesalahan / kekeliruan, oleh karena itu memeriksa diri adalah menjadi penting bahkan keharusan. Tiap muslim harus berani menghitung dirinya sendiri sebelum dihitung oleh Allah Swt. Bila kita ber’itikaf dimasjid maka sejumlah pertanyaan dapat disusun apakah kegiatan seharian kita sudah sesuai dengan tuntunan Allah. Apakah ibadah wajib yang kita lakukan setiap hari sudah dilakukan sebaik mungkin atau hanya sekedar memenuhi kewajiban. Dan tidak kalah pentingnya apakah rezeki yang kita peroleh dengan cara yang benar dan dibelanjakan dengan cara yang benar pula. Hal yang terberat adalah berani mengajukan pertanyaan kepada diri sendiri karena diperlukan keberanian untuk jujur dan mengakui kesalahan.
Salah satu sifat terpuji menurut agama mana pun adalah mau mengakui kesalahan sendiri yang terlanjur dilakukan. Orang bijak berkata : “ Orang berakal itu adalah bukannya yang pandai mencari-cari akal untuk membenarkan kejelekannya setelah ia terjatuh di dalamnya, tetapi orang yang berakal itu adalah orang yang pandai menggunakan akalnya untuk mengakali kejelekan agar dirinya tidak terjatuh kedalamnya.”
Untuk memantapkan perenungan mari kita renungkan sabda Rasulullah Saw Pada hari kiamat nanti, tidak dapat bergeser kaki seseorang sehingga ia ditanya mengenai empat perkara :
Ø Tentang umurnya, dalam hal apa ia habiskan.
Ø Tentang masa mudanya, untuk apa ia gunakan.
Ø Tentang hartanya, dari mana ia dapatkan dan kemana ia belanjakan.
Ø Tentang ilmunya, sejauh mana ia amalkan.
Menghadapi tahun baru 2008 memeriksa diri dengan berbagai perenungan artinya kita berupaya memperbarui iman. Perjalanan kehidupan yang penuh dinamika mengakibatkan setiap hari manusia selalu bergumul antara kebaikan dan kemaksiatan baik disadari atau tidak. Bila kemaksiatan yang mendominasi maka kehidupan ibarat sebagai kain yang rusak. Sebuah riwayat menyebutkan bahwa Rasulullah Saw bersabda, Iman itu akan rusak sebagaimana kain menjadi rusak. Untuk itu berdoalah kepada Allah agar Dia selalu memperbahrui imanmu. Maksud menjadi rusak adalah karena perbuatan dosa, kekuatan iman atau nur iman menjadi lemah. Berkenaan dengan hal ini, sebuah hadits menyatakan bahwa apabila seseorang berbuat dosa, di hatinya akan muncul noda hitam dan kemudian melekat di hati mereka. Jika ia bertaubat dengan sungguh-sungguh, noda tersebut akan hilang. Jika ia melakukan dosa untuk kedua kalinya, noda hitam yang kedua pun akan melekat dihatinya. Jika dosa itu dilakukan secara terus menerus hatinya akan menjadi hitam pekat seperti karat, sebagaimana firman Allah Swt. Kami kunci mati hati mereka sehingga mereka tidak dapat mendengar (Qs Al A’Raaf:100)
Rasululah Saw memberi tuntunan untuk memperbaharui iman dalam sebuah hadits. dari Abu Hurairah ra, katanya Rasulullah Saw bersabda “ Perbaharuilah imanmu ’Para sahabat bertanya,” ya Rasulullah bagaimanakah caranya memperbaharui iman kami? jawab beliau saw. Hendaklah kalian memperbanyak ucapan Laa ilaha illallah
Demikian cara kita menghadapi tahun baru 2008 selalu berusaha memeriksa diri sendiri dalam menatap hari esok yang lebih baik lagi. Dan akkhirnya kita berdoa “Ya, Allah jadikan awal tahun ini kami selalu meningkatkan iman dan takwa kepada MU, untuk keselamatan kami baik di dunia dan di akhirat.
Amin ya Robbal alamin

Jumat, 18 Januari 2008

CINTA KEPADA ALLAH

Segala puji bagi Allah, Dia akan memperlihatkan kepadamu tanda - tanda kebesaran-Nya, maka kamu akan mengetahuinya. Dan Tuhanmu tiada lalai dari apa yang kamu kerjakan. Semoga shalawat dan salam kepada nabi Muhammad Saw, juga kepada seluruh keluarga, para sahabatnya dan pengikutnya.
Tidak kurang 30 ungkapan tentang cinta disampaikan oleh Ibnu Qoyyim Al Jauziyah, dalam bukunya Madarijus Salikin, antara lain :
§ Orang yang mencintai lupa bagiannya karena sang kekasih dan dia lupa kebutuhan dirinya.
§ Yang disebut cinta ialah seluruh apa yang ada pada dirimu disibukan oleh kekasih.
§ Cinta adalah perjalanan hati menuju sang kekasih dan lisan menyebut namanya. Tidak dapat diragukan lagi bahwa siapa yang mencintai sesuatu tentu dia akan menyebutnya.
Ungkapan tersebut pantas untuk kita renungkan seberapa besar cinta kepada Allah. Sebagai tolok ukur berapa besar cinta kepada Allah, kita pedomani firman Nya Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. (Qs Ali Imran : 165). Menafsiri ayat tersebut Ibnu Qoyyim Al Jauziyah menerangkan, “ Allah mengabarkan bahwa siapa yang mencintai sesuatu apapun sebagaimana dia mencintai Allah, maka dia termasuk orang yang menjadikan selain Allah sebagai tandingan, bahkan menjadikan menjadi sesembahan. Maka Ini termasuk syirik yang tidak diampuni Allah.
Jika dia menyatakan sebagai orang beriman maka mereka sangat cinta kepada Allah. Orang-orang beriman lebih cinta kepada Allah, daripada orang musyrik terhadap tandingan selain Allah. Sebab cinta orang mukmin adalah cinta yang murni dan tulus, sementara cinta orang musyrik bisa lenyap dengan lenyapnya sesembahan tandingan.
Banyak firman Allah Swt berkaitan dengan cinta, tetapi bila manusia berbicara tentang cinta ibarat lautan kehidupan yang tidak bertepi dengan cinta dia berjuang un-tuk hidup dan dengan cinta bersedia untuk mati. Allah Swt menyeru kepada para pecinta, Katakanlah, “Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku niscaya Allah mencintai kalian (Ali Imran 31). Ini disebut ayat cinta, berisi buah dan manfaatnya. Tanda cinta umat kepada Allah adalah mengikuti Rasul. Siapa yang tidak mengikuti Rasul, berarti tidak akan memetik buah cinta. Di dalam Ash Shahih dari Anas bin Malik r.a, dia berkata, “ Rasulullah Saw bersabda, “Tiga perkara, siapa yang apabila tiga perkara ini ada padanya, maka dia akan mendapatkan manisnya iman, yaitu : (1) Hendaklah Allah dan Rasulnya lebih dia cintai daripada (cintanya kepada) selain keduanya. (2) dia mencintai seseorang dan tidak mencintainya melainkan ka-rena Allah, dan (3) dia benci kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkannya dari kekufuran itu, sebagaimana dia benci dilemparkan keneraka.
Al Qur’an dan As Sunnah banyak ditebari pengabaran tentang orang-orang yang dicintai Allah, yaitu kalangan hamba-hambanya yang beriman, yang diikuti dengan pengabaran hal-hal yang dicintai Nya, berupa amal, perkataan dan akhlak mereka. Disana juga disebutkan hal-hal kebalikan (larangan-larangan) yang dibenci Allah, ber-ikut ancaman yang akan dirasakan.
Begitu pentingnya masalah cinta, sehingga andaikata masalah cinta ini gugur, maka gugur pula seluruh iman dan kebaikan, karena cinta merupakan ruh semua kedu-dukan dan amal. Jika kedudukan atau amal tidak ada cinta, maka seperti jasad mati yang tidak memilki ruh. Penisbatan cinta kepada amal seperti penisbatan ikhlas dengan amal. Bahkan cinta ini merupakan hakikat ikhlas. Siapa yang tidak memiliki cinta kepada Allah, maka dianggap tidak berserah kepadaNya
Derajat cinta
Ibnu Qoyyim Al Jauziyah membagi 3 derajat manusia tentang cinta.
1. Cinta yang memotong bisikan-bisikan, yang membuat pengabdian terasa nikmat. Dia tidak pernah merasa penat karena pengabdiannya itu. Orang yang mencintai juga lupa ter-hadap musibah yang menimpanya karena dia sudah mendapatkan kenikmatan cinta. Bahkan karena kekuatan cinta ini, dia tetap merasakan kenikmatan sekalipun musibah yang datang dari kekasihnya amat banyak.
2. Cinta yang mendorong untuk mementingkan Allah daripada selain Nya, menggerakan lisan untuk menyebut namaNya, menggantungkan hati kepada kesaksian Nya. Derajat ini lebih tinggi dari dari derajat pertama, karena pertimbangan sebab dan tujuannya Artinya (1) cinta harus dikukuhkan (2) Mengetahui sifat-sifatnya (3) Tidak menyimpang dri nash Nya (4) Tidak membuat penyerupaan dengan Nya.
3. Cinta pada derajat ketiga ini merupakan poros orang-orang yang berjalan kepada Allah, karena cinta ini bersih dari noda, kotoran dan cacat. Sedangkan selainnya adalah orang yang mengharapkan sesuatu dari kekasihnya Cinta ini disifati lisan, yang diseru akhlak dan diserukan akal. Sebab akal, fitrah, syariat dan pandangan semuanya mengajak untuk mencintai Allah.
Menumbuhkan cinta.
Banyak cara untuk menumbuhkan cinta kepada Allah, antara lain :
1. Kepasrahan hati secara total dihadapan Allah.
2. Membaca Al Qur’an dengan mendalami dan makna-maknanya.
3. Bersama Allah pada saat Dia turun ke langit dunia, bermunajat kepadaNya, menghadap dengan segenap hati, memperhatikan adab-adab ubudiyah di hadapanNya, kemudian menutup dengan istighfar dan tobat.
4. Taqarub kepada Allah dengan mengerjakan shalat-shalat nafilah setelah shalat fardhu, karena yang demikian itu dapat menghantarkan seseorang hamba ke derajat orang yang dicintai setelah dia memiliki cinta.
5. Senatiasa mengingat dan menyebut asmaNya dalam keadaan bagaimanapun, baik dengan lisan dan hati, saat beramal dan di setiap keadaan. Cinta yang didapatkan tergantung dari dzikirnya ini.
6. Berkumpul bersama orang-orang yang juga mencintai Nya secara tulus, memetik buah-buah segar dari perkataan mereka, sebagaimana memetik buah yang segar dari pohon. Tidak berkata kecuali jika yakin perkataannya mendatangkan mashalat, menambah baik keadaanmu dan memberi manfaat bagi orang lain.
Wallahu ‘alamu bishowab

Selasa, 15 Januari 2008

TAFAKKUR

Segala puji hanyalah milik Allah yang telah menjadikan bagi kita semua yang diciptakannya sebagai subjek yang amat besar manfaatnya bagi pemikiran kita, sementara nikmatNya tiada hentinya terlimpahkan kepada kita. Semoga shalawat dan salam kepada nabi Muhammad Saw, juga kepada seluruh keluarga, sahabatnya dan pengikutnya.
Sesungguhnya bertafakkur (berpikir) merupakan aktifitas kalbu yang besar, kunci cahaya, permulaan penglihatan, dan jaringan berbagai macam ilmu dan pemahaman. Kebanyakan manusia telah mengetahui keutamaannya, namun mereka tidak mengetahui hakekat dan buah-nya, dan memang sedikit sekali dari kalangan manusia yang mau menggunakan kemampuan daya pikir dan renungannya. Padahal sesungguhnya Allah Swt telah memerintahkan kepada manusia menggunakan akal dan pikiran untuk bertafakkur dan merenung dalam banyak bagian yang tak terhitung dari kitabNya.
Mari kita renungkan, perkataan orang bijak, “manakala terdetak dalam hati niat hendak berpaling karena putus asa, serukanlah dalam hatimu keras-keras Bersabarlah! Bersabarlah! Selanjutnya kosentrasikan pikiranmu untuk merenungkan peng-hambaan dirimu kepadaNya dengan penuh kerendahan. Apabila engkau mencari suatu perkara dibalik pemikiranmu, maka perhatikanlah nikmat dan karunia Allah yang bertubi-tubi terlimpahkan kepadamu, dan perbaharuilah sebutan dan ucapan syukurmu setiap kali beroleh nikmat. Selanjutnya renungkanlah lautan takdir yang berlimpah kepada seluruh umat manusia ;
  • ada yang diberi kebaikan dan ada yang diberi keburukan;
  • ada yang diberi manfaat dan ada yang diberi mudharat;
  • ada yang diberi kesulitan dan ada yang diberi kemudahan;
  • ada yang diberi keberuntungan dan ada yang diberi kerugian
  • ada yang diberi pertolongan dan ada yang dihancurkan;
  • ada yang disembunyikan dan ada yang ditenarkan;
  • ada yang diberi diberi iman dan ada yang diberi kekafiran,
  • ada yang diberi pengakuan dan ada yang diberi keingkaran.
  • Jika kita mau bertafakkur dengan keadaan kita pada hari ini dan berfikir positip tentunya kenikmatan yang tercurahkan kepada kita, sungguh terlalu banyak bahkan tidak dapat terhitung-hitung bagaimanapun canggihnya alat hitung modern untuk menghitungnya. Maka sudah sudah sepantasnya kita bersyukur kepada Allah Swt seraya memuji dengan mengucapkan “Segala puji untuk Allah seru sekalian alam”
    Allah Swt menuntun manusia supaya berfikir dengan perumpamaan-perumpamaan dan selalu menutup dengan kalimat
    · Demikian kami jelaskan tanda-tanda kekuasaan (kami) kepada orang-orang yang berfikir (QS Yunus : 24)
    · Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda–tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkannya (QS Ar Ra’d :3)
    · Dan kami turunkan kepadamu Al Qur’an agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka supaya mereka memikirkannya (Qs An Nahl :44)
    · Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk mamusia supaya mereka berpikir ( Qs Al Hasyr : 21)
    Jika kita memikirkan dan merenungkan kebesaran Tuhan dalam penciptaaanya salah satu makhluknya, yaitu manusia. Sesungguhnya dalam eksistensi manusia masih banyak hal yang belum diketahui sampai sekarang. Maka lebih lagi bila kita ingin mengetahui segala sesuatu yang diciptakannya di bumi Nya yaitu dipermukaanya, di sungai-sungainya, dan di gunungnya. Allah telah mempersiapkan bumi untuk dihuni. Untuk itu Dia menjadikannya terhampar, lalu menstabilkannya dengan gunung-gunug yang kokoh dan membuatkan di dalamnya sumber-sumber air, memancarkan banyak mata air, dan mengalirkan sungai-sungai serta menyimpan air di dalam dalam perut bumi.
    Begitu pentingnya tafakkur para sahabat dan para ulama mengingatkan lagi tentang tafakkur :
    · Ibnu Abbas ra mengatakan, “ Dua rakaat yang sedang-sedang saja disertai dngan tafakkur lebih baik daripada melakukan shalat sunnah malam hari tanpa menyertakan kalbu di dalamnya.
    · Umar bin ‘Abdul aziz mengatakan, “Mentafakkuri nikmat-nikmat Allah merupakan ibadah yang paling utama.
    · Al Hasan Al Bashri pernah berkirim surat kepada Umar bin Abdul Aziz, “ Ketahuilah bahwa bertafakkur akan mendorong pelakunya kepada kebaikan dan menggugahnya untuk mengamalkannya, sedang menyesali keburukan akan menorong pelakunya untuk meninggalkannya.
    · Muhammad bin Ka’b Al Qurazhi mengatakan,” Sesungguhnya jika aku membaca surat Az Zalzalah dan Al Qari’ah semalaman tanpa membaca yang lainnya, melainkan hanya mengulang-ulang keduanya disertai dengan mentafakkuri maknanya, lebih aku sukai dari pada membaca Al Qur’an hingga khatam semalaman tanpa merenungkan maknanya.
    · Wahb bin Munabbih mengatakan, “ Tidaklah sekali-kali seorang tenggelam dalam tafakurnya melainkan akan beroleh ilmu, dan tidaklah sekali-kali seorang beroleh ilmu, melainkan terdorong untuk mengamalkannya.
    Oleh karena itu kita seharusnya melestarikan tafakkur dan melakukan waktu yang cukup lama, karena sesungguhnya bertafakkur akan
    · menghantarkan meraih ridha Allah,
    · melapangkan dada,
    · menenangkan hati,
    · mewariskan rasa takut dan segan kepada Allah.
    · mewariskan ilmu dan hikmah.
    · dapat mempertajam penglihatan menghidupkan kalbu dan
    · dapat mengambil pelajaran dan peringatan dari perjalanan hidup orang-orang yang terdahulu.
    Inilah uraian singkat tentang tafakkur yang sangat luas dimaknai. Dan mari kita bermohon kepada Allah Swt semoga Dia menjadikan kita termasuk orang-orang yang selalu bertafakkur dan termasuk orang yang selau mendapat petunjuk
    Wallahu ‘alam bisshawab


Minggu, 13 Januari 2008

ANDA PUN BISA JADI DA’I

Anda jangan berpikir kalau jadi Da’i harus bersurban, dapat berbahasa Arab dan berbagai persyaratan berlapis-lapis. Kalau semua syarat dipenuhi untuk saat ini alangkah sedikitnya da’i kita. Pada hal saat ini negara kita sangat membutuhkan da’i yang memberi pencerahan kepada masyaraka
Anda hari ini pun bisa menjadi da’i, mengapa tidak .
Jangan tunggu anda menjadi intelektual Islam
Jangan tunggu anda menjadi idola masyarakat
Jangan tunggu anda menjadi sufi
Camkan Rasulullah Saw pernah bersabda : “
Barangsiapa mengamalkan apa-apa yang ia ketahui, maka Allah akan mewariskan kepadanya ilmu yang belum diketahuinya, dan Allah akan menolong dia dalam amalannya sehingga ia mendapatkan sorga. Dan barangsiapa yang tidak mengamalkan ilmunya, maka ia akan tersesat oleh ilmunya itu dan Allah tidak menolong dia dalam amalannya, sehingga ia mendapatkan neraka.
Sabda Rasulullah cukup memberi motivasi ”amalkan dan sampaikan hal-hal yang diketahui”. Oleh karena itu saya sajikan untuk anda hari ini
”Kuliah tujuh menit bagi orang awam biar sedikit asal faham”
Seandainya anda seorang dokter, tentara, polisi, jaksa, pensiunan ataupun pejabat RT / RW/ atau perangkat desa. Jika hari ini anda diminta untuk menyampakan tausyiah, kuliah tujuh menit ayo berdiri sampaikan apa yang anda ketahui.
Mungkin anda katakan
Ø Jangan mencuri
Ø Jangan menzalimi orang lain
Ø Awas jangan membuang sampah sembarangan.
Ø Bersihkan hati, jangan dengki
Ø Ingat Tuhan ada disekitar kita, Dia Maha mendengar dan Maha Melihat
Yang penting apa yang anda sampaikan dengan penuh ketulusan dan penuh keikhlasan, dan yang lebih penting lagi apa yang anda sampaikan sesuai dengan perilaku anda. Nah disinilah letak luar biasanya.
Anda sukses dimata Tuhan dan sukses dimata manusia.
Ikuti terus http: // marwan-kultum, blogspot .com.
Saya akan bagi bahan kultum kepada anda.
Ya Allah Tuhan yang Maha Cerdik ilhamkan kepada kami kecerdikan MU dan hidupkan kami menjadi orang yang cerdik
Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan
Ya Allah, Yang Maha Mengetahui. Ajarkan kepada kami apa yang kami tidak ketahui

Selasa, 08 Januari 2008

KEIMANAN DAN PERSOALANNYA




DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH
LAGI MAHA PENYAYANG

Mengamati kehidupan masyarakat saat ini makin membingungkan. Betapa tidak, disatu sisi ketaatan umat tampaknya makin meningkat dimana-mana tempat ibadah tumbuh dan berkembang, majelis taklim semarak dengan penuh gaya dan glamour. Disisi lain kemaksiatan pun tidak berkurang bahkan tumbuh dengan subur mulai dari korupsi, pelacuran, pembohongan, perjudian, perampokan, pemakaian obat terlarang dan segala macam penyakit masyarakat hampir-hampir tanpa satu kekuatan yang dapat membendungnya.
Mari kita mati keadaan disekitar kita
1. Korupsi bukan dilakukan oleh orang yang tidak beriman bahkan tampak sangat beriman karena dia melakukan sholat secara teratur, berpuasa, berzakat, bersedekah bahkan naik haji berkali-kali. Dan bahkan lebih hebat lagi orang tersebut mampu memberikan pidato, dakwah pembicara handal baik dalam seminar, majelis taklim dan berbagai dialog interaktif yang mampu menyelesaikan masalah umat apapun bentuk permasalahannya.
2. Penyakit masyarakat yang mewabah juga bukan dilakukan oleh orang yang tidak beriman bahkan dilakukan orang yang tampak sangat taat. Anak mama tersayang begitu patuh dirumah, papa yang penurut dirumah, mahasiswa yang jempolan dikampus. bahkan penegak hukum yang tampaknya tegas dan berwibawa. Apa boleh buat anak tersayang terlibat geng, suami yang selingkuh dan mati diatas perut pelacur, mahasiswa pengedar narkotik dan penegak hukum yang melawan hukum.
Pembaca yang arif. Keadaan ini harus menjadi ‘itibar bagi kita khususnya kita yang menyandang orang beriman. Mungkin keadaan ini terjadi pada tetangga kita dan kita melihat secara jelas dan terang benderang tetapi jika kita berani melihat pada diri sendiri dalam perenungan masalahnya menjadi lain. Karena mengharus-kan kita beristighfar lebih banyak bahkan dengan tangisan. Karena memang wabah ini juga berjangkit pada diri dan keluarga kita meskipun tiap hari kita sholat ke Masjid tetapi secara tidak sadar iman kita telah penuh dengan noda.
Timbul pertanyaaan, mengapa terjadi demikian. Inilah yang akan kita jawab !
Allah telah mengingatkan kepada kita melalui firman-firmannya salah satu adalah surat Al Ashr, bahwa iman dan amal saleh merupakan satu paket yang tidak terpisahkan.
Terdapat 4 kemungkinan.
¨ Beriman dilanjutkan dengan amal saleh
¨ Beriman tetapi tidak dilanjuti dengan beramal saleh
¨ Tidak beriman tetapi melakukan amal saleh.
¨ Tidak beriman dan tidak beramal saleh.
Sebagai pedoman Rasulullah Saw bersabda :
Al imanu ma’rifatu bil qalbi wa qaulu bil lisani wa amalu bil arkani : Iman ialah mengenal dengan hati diucapkan dengan lidah dan mengamalkan dengan jasad (anggota lahir)
Dengan hadis ini jelas bagi kita bahwa iman tidak terpisah dari amalan lahir maupun bathin walaupun hubungan keadaannya agak terpisah. Yang satu diluar dan yang lain ada didalam hati manusia. Iman ialah segala-galanya ketenangan, kekuatan, hiburan, kekayaan dan kelapangan dan semua apa yang diidam-idamkan manusia. Lebih tegas lagi kita berani mengatakan iman adalah kehidupan. Sirnanya zaman kegemilangan Islam adalah berpuncak dari lenyapnya iman dari hati umat Islam. Hina dan lemahnya kita hari ini pun adalah karena tipisnya iman yang kita punyai, sehingga kita memilah-milah amalan perintah Allah dan sunnah Rasul menurut tafsiran kita sendiri.
Janji –janji Allah dalam firmannya.
Dan orang-orang yang beriman dan beramal soleh, mereka itu penghuni syurga, mereka kekal didalamnya (Q s Al Baqarah, 82)
Maka barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, ia beriman, maka tidak ada pengingkaran terhadap amalannya itu dan sesungguhnya Kami menuliskan amalannya itu untuknya. Al Anbia 94
kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh, mereka itu akan masuk surga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikitpun.(Qs Maryam 60)
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, bagi mereka surga-surga yang penuh keni`matan.(Qs Luqman 8)
Selanjutnya Allah mengancam orang yang beriman tetapi tidak mentaati seperti yang diikrarkannya :
Hai orang orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu lakukan. Amat besar kebencian disisi Allah bila kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan. (Q s As Shaf, 2&3)
Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan. (Qs Maryam 59)
Pembaca yang budiman ! Terjawab sudah iman dan persoalan-nya didalam kehidupan kita baik sebagai individu dan masyarakat bahwa kepatuhan kita terhadap syari’at belum kaffah. Disatu sisi kita melaksanakan ibadat secara baik dan disisi lain amalan-amalan kita bertentangan syari’at oleh karena itu ancaman Allah menjadi kenyataan dalam kehidupan kita baik secara individu maupun sebagai bangsa. Bukankah setiap Sholat Juma’at ketika Khatib naik mimbar selalu mengumandangkan : “ Sidang Jum’at yang berbaha-gia marilah kita meningkatkan taqwa kita dengan jalan melak-sanakan semua perintah Nya dan menjauhi semua larangan NYA. Tetapi peringatan tersebut menjadi bagian seromonial isi khutbah yang tidak bermakna karena setelah selesai sholat kemaksiatan berulang kembali para birokrat sibuk menandatangani kuitansi kosong, para pemborong tetap kebohongannya dan provokator tetap bekerja untuk memecah belah umat. Khutbah tidak memberikan perubahan apa-apa dan tidak berbekas sama sekali karena hati telah terbungkus oleh nafsu, dan penyakit masyarakat terus merebak tidak memilih tempat dan waktu dan kepada siapa saja.
Menghadapi keadaan seperti ini Syekh Abdul Qodir Jaelani wali Allah telah memberi wejangan secara gamblang dan tegas :
Ø Wahai penduduk negeri, sangat banyak sifat munafik terjadi padamu, sedikit sekali yang ikhlas dan banyak perkataan tanpa disertai amalan. Bicara tanpa amal adalah bagaikan rumah tanpa pintu, seperti tabungan tanpa diisi, dan seperti pengakuan pribadi tanpa bukti. Berbicara tanpa amal adalah bagaikan tanpa ruh, dan gambar tanpa ruh, hanyalah patung yang tak punya tangan, kaki dan kekuatan. Besar amalmu semisal raga tanpa nyawa, dan nyawa itulah gambaran ikhlas, gambaran tauhid dan ketegaran menekuni ki-tab Allah disamping sunnah Rasul Nya. Janganlah kamu melupakan perintah dan larangan Nya, pa-tuhilah kepastian Allah Azza wa Jalla.
Ø Wahai hamba Allah, kerjakanlah perintah Allah, dan hentikan perbuatan terlarang. Bersabarlah kamu menerima ujian dengan memperbanyak amalan sunah, maka kamu disebut orang sadar yang beramal untuk mencari, taufik Allah Azza wa Jalla. Rendahkanlah dirimu di hadapan Nya. Hentikan maksiat dari jalur lahir dan membecinya melalui jalur bathin. Peganglah taufik Nya, benci dan maksiat jauhkan dari Nya. Dan bersabarlah kamu atas ketentuan Nya.
Semoga kita tetap teguh dalam Keimanan